APAKAHMAKNANYA karya : Sutan Takdir Alisjahbana Ani, Aniku, di mana engkau? Mana suaramu, mana gelakmu? Ya Allah, ya Tuhanku, 'Langkah lekas 'Kau ambil, 'Kau renggutkan dari sisiku. Apakah dosa maka begini Merpati Putih di 07.30. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest. Label

Islam Episode 1 Puisi Aku Dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mempunyai ceritanya sendiri semasa saya masih SMP dulu. Pernah saya bacakan di depan guru juga waktu itu. Kenangannya panjaaaaang. Autres épisodes Episode 1 Puisi Aku Dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mempunyai ceritanya sendiri semasa saya masih SMP dulu. Pernah saya bacakan di depan guru juga waktu itu. Kenangannya panjaaaaang. Autres épisodes

1MAKNA YANG TERSIRAT DALAM BAHASA PUISI JANGAN TANGGUNG JANGAN KEPALANG KARYA SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA Hastari Mayrita Dosen Universitas Bina Darma, Author: Harjanti Rachman 33 downloads 692 Views 224KB Size

Januari 24, 2020 Soal Sejarah SMA Salah satu tokoh penting Angkatan Pujangga Baru adalah Sutan Takdir Alisyahbana. Di bawah ini termasuk hasil karyanya,kecuali…. A. Tak Putus Dirundung Malang B. Dian Yang Tak Kunjung Padam C. Anak Perawan Di Sarang Penyamun D. Layar Terkembang E. Setanggi Timur Pembahasan; Sutan Takdir Alisyahbana Hasil karya Sutan Takdir Alisyahbana, antara lain Tak Putus Dirundung Malang, roman tahun 1929; Dian Yang Tak Kunjung Padam, roman tahun 1932, Anak Perawan di Sarang Penyamun, roman tahun 1941; Layar Terkembang, roman tahun 1936; Tebaran Mega, puisi; Dari Perjuangan ke Pertumbuhan Bahasa Indonesia, tahun 1957; Perjuangan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan. Jadi Salah satu tokoh penting Angkatan Pujangga Baru adalah Sutan Takdir Alisyahbana. Di bawah ini termasuk hasil karyanya,kecuali…. E. Setanggi Timur Setangi Timur merupakan karya dari Amir Hamzah About The Author doni setyawan Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih
Sekaliaku duduk dibawah pohon karet dan terkejut mendengar letusan nyaring diatas kepalaku: biji matang menghambur dari batangnya. Ya, aku tahu, dimana-mana tumbuh menghendaki bebas dari ikatan! * Terdengarkah itu olehmu, wahai angkatan baru? Putuskan, hancurkan segala yang mengikat!
Siapakah STA atau Sutan Takdir Alisyahbana itu? - Sedang mencari informasi siapakah STA atau Sutan Takdir Alisyahbana Sob?Sutan Takdir Alisjahbana, atau yang lebih familier disebut dengan singkatan STA, adalah termasuk sastrawan angkatan Pujangga Baru. STA adalah sastrawan yang lahir di Natal, Sumatera Utara, pada 11 Februari 1908. Dia merupakan peletak dasar tata bahasa Indonesia, sekaligus salah satu sastrawan terkenal di Indonesia. Dimasa pendidikannya, STA bersekolah di Hogere Kweekschool di Bandung, kemudian melanjutkan ke Hoofdacte Cursus di Jakarta yang waktu itu masih bernama Batavia. Di Jakarta itulah STA melihat iklan lowongan pekerjaan untuk Balai Pustaka, yang waktu itu merupakan biro penerbitan pemerintah administrasi Belanda. Ia melamar ke sana dan diterima, dan sejak itulah ia memulai pergaulan dengan para intelektual Hindia Belanda. Salah satu rekan dekatnya waktu itu adalah Armijn Pane, yang akhirnya juga menjadi sastrawan besar Indonesia. Ketika Jepang menduduki Indonesia, STA menjadi penulis ahli yang menjabat sebagai ketua Komisi Bahasa. Dalam jabatannya itulah ia melakukan modernisasi bahasa Indonesia, sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa. Dialah yang pertama kali menulis Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia pada 1936, yang kemudian digunakan di negeri ini hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. So, jadi lebih mengenal STA kan Sob? Berikut 5 Puisi STA Sutan Takdir Alisyahbana yang bisa Sobat simak dan analisa kedalaman maknanya. BERGUNDAH HATI Di atas tebing duduk seorang kelana Memandang arah ke tengah lautan Dalam hatinya, gundah gulanaTeringat kampung dengan halaman Pandangnya dilayangkan arah ke baratTerlihat surya hampir terbenam Sebab pun kelana, jadi melaratMenurutkan hati yang remuk redam Melihat surya, hampir beradu, Cahayanya laksana emas perada Hati kelana bertambah rindu Terkenanglah ayah beserta bunda Kelana duduk, hati bercinta Suara hati rasa terdengar Wahai kelana muda juita Hendaklah engkau berhati sabar Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kumintaDan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakanBerjuta tahun, tak berhingga lamanyaEngkau terus menerus mencipta berbagai ragamTuhan, pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat iniDari berjuta-juta tahun kemahakayaan-MuSetetes air dalam samudra tak bertepiAlangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-MuDan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayamBersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinanTerus menerus limpah ruah Engkau curahkanMeski kuinsyaf, kekecilan dekat dan kedaifankuDi bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-MuDengan tenaga imajinasi Engkau limpahkanAku dapat mengikuti dan meniru permainan-MuGirang berkhayal dan mencipta berbagai ragamTerpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku Aahh, TuhanDalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-MuMenyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-muAku, akan memakai kesanggupan dan kemungkinanSebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadakuJauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakanSebagai khalifah yang penuh menerima sinar cahaya-MuDalam kemahaluasan kerajaan-MuTak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan menciptaDengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwaTidak tanggung tidak alang kepalang Ya Allah Ya RabbiSekelumit hidup yang Engkau hadiahkandalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatasakan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnyasampai saat terakhir nafasku Kau relakanKetika Engkau memanggilku kembali kehadirat-MuKe dalam kegaiban rahasia keabadian-MuDimana aku menyerah tulus sepenuh hatiKepada keagungan kekudusan-Mu,Cahaya segala cahaya Toya Bongkah, 24 April 1989 IEngkau mencari Tuhanmu di malam kelamBila sepi mati seluruh bumiBila kabur menyatu segala warnaBila umat manusia nyenyak terhenyakDalam tilam, lelah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian! Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terangBila dunia ramai bergerakBila suara memenuhi udaraBila nyata segala warnaBila manusia sibuk bekerjaHati jaga, mata terbukaSebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja Aku berbisik dengan Tuhankudalam kembang bergirang ronaAku mendengar suara Tuhankudalam deru mesin terbang diatas kepalakuAku melihat Tuhankudalam keringat ngalir orang sungguh bekerja IIBerderis decis jelas tangkasTangan ringan tukang pangkasMenggunting ujung rambutkuJatuh gugur bercampur debu Aku melihat Tuhanku AkbarUjung rambut di tanah terbabarTeman, aku gila katamu?Wahai, kasihan aku melihatmu Mempunyai mata, tiada bermataDapat melihat, tak pandai melihatSebab beta melihat Tuhan di-mana2Diujung kuku yang gugur diguntingPada selapa kering yang gugur ke tanahPada matahari yang panas membakar 19 Oktober 1937 SELALU HIDUPDan ketika aku melihat dari kebunku kebawahke sawah tunggul jerami di tanah yang rekah,dan dari sana memandang ke bukit kering merana,terus ke hutan hijau dibaliknya,sampai ke gunung yang permai bersandar di langit biru,maka masuklah bisikan kedalam hatikuHidup ialah maju bergerak,selalu, selalu maju bergerak,gembira berjuang dari tingkat yang satu ke tingkatyang lain.………………………………….. Topan, datanglah engkau menyerang!Malang, datanglah engkau menghalang!Kecewa, engkaupun boleh datang mendera!Badanku boleh terhempas ke bumi!Hatiku boleh hancur terbentur!Wahai, teman, besi baja yang kerashanya dapat ditempa dalam api yang Tuhan,berikan aku api senyala-nyalanya! Tiap-tiap beta keluar dari nyalamu,terlebur dalam bakaran apimu,nampak kepada betaDunia bertambah jelita!Diriku bertambah terkurnia!Dan engkau, Tuhan, bertambah mulia! HIDUP DI DUNIA HANYA SEKALI Mengapa bermenung mengapa bermurung?Mengapa sangsi mengapa menanti?Menarik menunda badai dahsyatseluruh buana tempat ngembaraRia gembira mengejar berlarianak air di gunung tinggimemburu ke laut sejauh dapatLihat api merah bersoraknaik membubung girang marakmengutus asap ke langit tinggi! Mengapa bermenung mengapa bermurung?Mengapa sangsi mengapa menanti?Hidup di dunia hanya sekaliJangkaukan tangan sampai ke langitMasuk menyelam ke lubuk samudraOyak gunung sampai bergerakBunyikan tagar berpancar sinarEmpang sungai membanjiri bumiAduk laut bergelombang gunungGegarkan jagat sampai berguncangJangan tanggung jangan kepalang Lenyaplah segala mata yang layuBersinarlah segala wajah yang pucatGemuruhlah memukul jantung yang lesuGelisahlah bergerak tanganTerus berusaha selalu bekerja PunahPunahlah engkau segala yang lesuAku hendak melihatapi hidup dahsyat bernyala,menyadar membakar segala hendak mendengarjerit perjuangan garang menyeranglangit terbentang hendak hendak mengalamibumi berguncang orang berperangUrat seregang mata menantang 12 Januari 1938

TentangAbdul Hadi W. M. Abdul Hadi W. M. lahir di Sumenep, Madura, 24 Juni 1946. Pernah kuliah di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, dan kemudian pindah ke fakultas filsafat universitas yang sama. Kumpulan puisinya Meditasi (Balai Pustaka), kumpulan esainya Gambar Manusia dalam Sastra. Mengasuh ruang kebudayaan Dialog di harian Berita

Tim indoSastra Pencari Karya Sastra Terpendam yang Bermutu Tinggi Sastra Angkatan Pujangga Baru, bentuk Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA, tentang perjuangan dan cinta tanah air, kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik Dari buku Tebaran Mega Waktu penulisan 24 Juli 1935 — Tenteram dan damai? Tidak, tidak Tuhanku! Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi Terteram dan damai berbaju putih di dalam kubur Tetapi hidup ialah perjuangan Perjuangan semata lautan segara Perjuangan semata alam semesta Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam dada Originally posted 2012-10-21 053250. Republished by Blog Post Promoter
Sebagaicontoh, mari kita tilik puisi karya Sutan Takdir Alisjahbana di bawah ini: AKU DAN TUHANKU Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kuminta Dan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam Tuhan, pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat ini Dari berjuta-juta tahun
Listento Puisi Aku Dan Tuhanku on Spotify. Dari saya yang senang membaca dengan suara. THnAmPT.
  • v732b2r9h0.pages.dev/314
  • v732b2r9h0.pages.dev/58
  • v732b2r9h0.pages.dev/545
  • v732b2r9h0.pages.dev/524
  • v732b2r9h0.pages.dev/419
  • v732b2r9h0.pages.dev/349
  • v732b2r9h0.pages.dev/123
  • v732b2r9h0.pages.dev/207
  • makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana